Teringat saat si kecil memasang wajah penuh harap...
Sedikit takut dan malu kala ia beranikan
diri untuk mengusap...
Tak sekali mendorong, mencoba menaiki
pun ia kerap...
Jemari mungilnya lalu memegang recehan,
niat menabung dengan sigap!
Pernah selama empat tahun aku
memilikinya...
Sepeda asli buatan republik indonesia...
Naik gunung belah hutan, berlampu redup
kujelajahi saja!
Kupinang dari pelosok selatan Jawa,
dekat Samudera Indonesia!
Rangkanya bagai jati yang tahan segala
cuaca...
Walau sering "blong", masih cukup menggigit remnya...
Tak sedikit jalan berlubang, kumaklumi
kadang goyah setang-setirnya...
Sadelnya pun seluas lapangan, dapat
memuat siapa saja!
Saat cita putus di perjalanan, pedal
terkayuh ke negeri seberang...
Putaran rodanya ragu, tinggalkan
jejak-jejak yang usang...
Rantai pun terulur jauh, antara
laut-daratan terbentang...
Garpu menancap pasti di asa hati, bekal
kunci pun tidaklah kurang!
Sekejap saja kala kata tak lagi berarti…
Saat silau bermacam lampu butakan
matanya...
Cerita lama dan mimpi indah, tak lagi
ada dalam keranjangnya...
Boncenganku lenyap, dudukan sang anak
pun entah dikemanakannya...
Hilang di parkiran hati, saat ternyata
kepada pemilik lain diserahkan dirinya!
Sepeda itu kini bukan lagi hakku...
Terjepit ekonomi, berganti pula
majikanmu...
Karena mungkin aku tak sanggup gantikan
dinamo-mu...
Agar lebih terang cahaya di gelap
harimu!
Sepeda itu kini bukan lagi punyaku...
Bergeser moral, kau tutupi siapa
sesungguhnya dirimu!
Padahal kau akui tak mantap dan nikmat
kayuh pedal barumu...
Jujur dirimu, akui tangguhnya milikku!
Sepeda itu kini bukan lagi seleraku...
Gaya hidup, membuatmu berkalung jutaan
aksesori baru!
Aku mungkin tak sanggup belikan pentil
baru untukmu...
Atau karena aku sungguh lebih suka warna
aslimu!
Sepeda itu kini bukan lagi milikku...
Kala kau tak lagi peduli paparan polusi
di hatimu...
Dan aku tak lagi mampu luruskan bengkok
jari-jarimu...
Kujadikan saja barang rongsokan di
cerita hidupku!
(Malang,
17 Agustus 2012, 00:40 wib)
No comments:
Post a Comment