Friday, March 23, 2012

BENCANA DAN PASAR MALAM


Sungguh saat itu malam berbintang, indah sekali...
Cahaya rembulan pun sanggup mendarat mencium ujung kaki sang bumi...
Pada tak sadar, mimpi muncul terbang bebas di ujung harap tiap insani...
Penuhi apa saja asa terpendam, penuhi yang sekalipun takkan tercapai!

Tapi, sssttt...
Tidakkah kau sadar, tak sehelai pun daun menari?
Tak sedikit pun sang bayu membelai?
Tak terdengar sedikitpun anjing bernyanyi?
Alam seakan mati!

Sebentar saja bumi bergeliat...
Lekuk-lekuknya keluarkan irama dari letih yang amat...
Menjalar ke tiap jengkal tubuh manusia, melekat erat!
Air pun malu, menarik diri jauh hingga ke tengah pekat!

Sekejap hening kembali...
Alam seakan berdiam diri...
Alam seakan mati...
Lagi!

Belum lagi terlepas dari jerat mimpi...
Tanya terjawab setengah hati ...
Dari ujung gulita kaki langit sayup-sayup terdengar gemuruh, cepat sekali!
Seakan alunan genderang barisan pasukan perang berani mati!

Allahu akbar!
Allahu akbar!
Allahu akbar!

Riuhnya tangisan dan teriakan tak jelas bercampur takbir!
Berlatar ratusan, ribuan derap kaki tak beraturan menggetar!
Beralas basah air laut yang tak mau kalah cepat menjalar!

Semakin lama semakin tinggi suara erang sang bumi...
Berlatar bayang hitam yang menjulang bergelayut pada langit tepi...
Mencengkram, melipat, melahap, memangsa apa saja, siapa saja!
Memporak-poranda megahnya dunia, meluluh rata apa saja, milik siapa saja!

Tak peduli, luka menganga dan tangis mengerang!
Tak peduli, tinggalkan bekas puing terbentang!
Tak peduli, yang mati atau hilang!
Tak peduli, sisakan wajah-wajah kosong menerawang!

Matahari di atas kepala, teriknya membakar otak!
Belum lagi terjawab berjuta tanya yang dapat membuat botak…
Terdengar kembali riuh gemuruh, kemerotak…
Seakan alunan genderang barisan pasukan perang, pemberontak?!


Pelakon-pelakon asing menancapkan cakar, pamerkan gigi…
Kuku umbul-umbul di tiap sudut mata memandang menjulang tinggi…
Tanah yang bak jaman kegelapan, silau dengan warna-warni lampu panji-panji…
Tanah yang bak daerah terbelakang, dijajah oleh teknologi!

Tebaran pesona saling berbenturan satu dengan yang lain…
Pejabat berganti dan tak saling sapa dengan yang lain…

Panjimu, memang beda dari yang lain!
Panjiku, memang beda dari yang lain!

Berjuta daya di masing-masing corong mereka!
Berjuta permainan dalam lagu-lagu mereka!
Berbeda lagak dalam tiap gerak mereka!
Berbeda topeng pada tiap wajah mereka!

Tak peduli!
Bungkusan nasi basi...
Darah yang tak juga berhenti...
Air mata yang tak juga terusapi...
Mie instant mulai berjamur atau bangkai telah terberbelatungi!

Kupandang tanah porak-poranda, kelam...
Tersadar dalam daya yang cuma tinggal sisa di asa terdalam...
Bencanaku disulap jadi PASAR MALAM…
Bencanaku tak bedanya kawasan PASAR MALAM!

Malang, senin pahing, 23 Maret 2012, 17:07 WIB