Waktu, tak mau kompromi dengan mati
listrik...
Saat terasa detik berlari cepat tak
terutik...
Tarikan nafas kecewaku berat, tak lagi
cantik...
“Jancok”
terlepas pada yang coba mengusik...
Sudah, tak dapat kulanjutkan!
Memaki pun, masalah pasti tak
terselesaikan...
Terpaksa saja kaki kulangkahkan...
Walau pantat berat kugerakkan...
Terik matahari bagai jarum menghujam
pori...
Muka-muka bermacam topeng, debu tetap
saja jilati...
Wajah-wajah jidatnya mengkerut itu
pasti...
Kecil-besar, tua-muda, bentuk dan usia
tak peduli...
Saat kulit merah terpanggang...
Tak tahan, aku kembali ke kandang...
Saat mata mulai gelap berkunang...
Kulihat kembali nyala lampu di remang...
Sudah, masih ada waktu berpihak!
Walau sedikit, semangatku pun
tergerak...
Tangan menari lincah pun semarak...
Coba halau cemas yang datang pun
menggertak...
Selesai satu, dua tanggungan...
Harus kuserahkan ada sebab banyak
harapan...
Saat hitam bergelayut tepat di depan...
“Jancok”
terlepas lagi sebab datangnya hujan...
Tak peduli pada deras airnya...
Tak risau menganga lubang jalan tak
tampak wajahnya...
Tak peduli gorong-gorong rusak pun baru
tak ada fungsinya...
Tak risau lampu lalu lintas tak ada
warnanya...
Peluit kereta pun belum terdengar...
Kutanggalkan semua malu yang menampar...
Kuserahkan wajibku padanya dengan
sedikit bergetar...
Kuterima hakku dengan hati berkobar...
Saat kulit berpeluh tergenang...
Tak sabar, aku kembali ke kandang...
Saat mata mulai gelap berkunang...
Kulihat kembali senyum harapmu di
remang...
Tak peduli pada deras juga airnya...
Tak risau menganga lubang jalan tak juga
tampak wajahnya...
Tak peduli gorong-gorong rusak pun baru
tak juga ada fungsinya...
Tak risau lampu lalu lintas tak juga ada
warnanya...
(Malang,
Sabtu, 3 Oktober 2012, 22:01 wib)