Saturday, May 12, 2012

SAAT REVOLUSI KATA-KATA DIKEBIRI!



Sayang...
Saat aku tergelam di dadamu, terdengar rintih kesakitan dari masa lalu...
Saat dimana penguasa mendirikan kebohongan untuk menyudutkanmu...
Saat dimana bila mereka terganggu kesenangannya, mereka halalkan penindasan atasmu…
Penganiayaan, penghinaan, perampasan dan perampokan pun terjadi pada dirimu...

Sayang...
Aku dengar bisik dari hatimu, "Ssst, jangan layangkan kata keras sebab kau akan dibunuh, dibinasakan!"
Para petugas berseragam yang datang saat itu tidak melindungi malah menangkap yang diserang, sang korban!
Maklum, tingkat budaya dan peradaban angkatan perang kita cukup rendah, amat memprihatinkan!
Di-aman-kan, berarti: dianiaya! Sama sekali tidak punya sangkut-paut dengan aman dan keamanan!

Sayang...
Kuusap bekas luka di sekujur tubuhmu, di tegarmu dulu tak sampai kau membunuh...
Kau mendapatkan kebiadaban, tak kau beri kebiadaban balik walau luka melepuh...
Saat kau mampu, kau malah beri mereka keadilan sebagai balasan hati mereka yang rapuh…
Sangat mahal harga kewarganegaraan yang harus kau bayar, masih ada saja orang yang tak rela, tak juga luluh!

Sayang...
Belum ada sejarah Revolusi Indonesia! Belumlah selesai! Karena tak ada kebulatan yang selesai!
Ancaman hukuman, telah berhasil merusakkan mental sebagian dari para pujangga, tercerai-berai...
Padahal kewarganegaraan diperoleh dengan pergulatan bukan hadiah gratis hasil membelai!
Padahal sebagai warga negara, merdeka untuk menyatakan pendapat, tak takut walau usus terburai!

Sayang...
Tergambar jelas di tatapan marahmu, pada bangsa yang berkembang, memberi adalah keluarbiasaan...
Sedang mengapa menerima adalah kebiasaan yang perlu dan harus pula dinyatakan!
Sementara alam pikiran pada kaum formalis Pribumi Indonesia, diri mereka tidak mampu terbebaskan...
Terpenjara pada lambang-lambang, upacara, pangkat dan hari-hari peringatan!

Sayang...
Dalam nadimu mengalir sejarah kita yang telah dibuktikan, jelas tersirat...
Bahwa Kesatuan Indonesia dahulu kala terwujud hanya karena demokrasi parlementer barat!
Prinsipmu tak hanya ada satu superpower, sebab akibatnya seluruh dunia akan jadi bebek sang penikmat!
Bipower mewakili Kekuasaan dan Oposisi, tindakannya mewakili dan ditentukan oleh kekuatan YA dan kekuatan TIDAK, yang saling mengikat erat!

Sayang...
Semua pengalamanmu indrawi mau pun jiwai...
Bukan hanya sekedar modal hidup yang umurnya terbatasi...
Bagimu yang seorang penulis, kekuatannya malah menjadi fondasi!
Kata-kata bagimu adalah lebih ampuh dari senjata duniawi!

Malang, Jumat wage, 25 Mei 2012

Monday, April 16, 2012

BENIH ORGASME DI TAMAN KECIL: BISAKAH CITA KU KAU CINTA JUGA?



 Aku terduduk diatas jamban usang…
Sambil luapkan sahwat karena memang tak sanggup membeli...
Teringat desah sang istri …
Yang kini distempel sebagai "Pahlawan Devisa" oleh republik ini…
Teringat pula marah terpendamku pada PT yang selalu lepas tangan dengan sombongnya…
Saat ringan saja kutanya, "apa ada kabar yang di negeri orang sana?"
Tak sadarkah, atau pura tak peduli?
Padahal anak cucu mereka makan dari hasil jerih keringat jutaan TKW!

Pada puncaknya, tercecer benih sahwatku…
Di tubuh dingin dinding dan lantai berlumut...
Pada tirani kepuasan…
Hadir suara "demonstrasi" jutaan benih…
Yang tak jadi dan kutau pasti...
Bukan hanya milikku!

Yang paling kecil…
Kepala demonstran para jelata berkata…
"Pak, mumpung BBM belum lagi naik, mana uang jajanku untuk memborong semua produk iklan di televisi?"

Yang tercantik…
Tak kalah merayu…
"Ayah, sudah ada kan dana untuk jadikan aku Pegawai Negeri Sipil? Sebab sekarang gajinya bersaing dengan para Hakim lho?!"

Si nomor dua…
Korlap barisan demonstran mahasiswa tak mau kalah…
"Siapkan dana pendidikanku yang tinggi, sebab tak ada yang namanya sekolah gratis! Semakin tinggi sekolahku akan semakin lihai aku Korupsi!"

Sang Sulung…
Kepala kaum bajingan kapitalis…
Santai saja berkata karena sedikit mabuk…
"Pak, aku indipendent, siapa saja yang berani membayarku akan kulayani. Tak punya uang ya aku merampok, yang jika mati terkena pelor adalah resiko! Bukan untuk para teroris, tapi sekedar untuk makan adik-adikku!"

Ku bayangkan bila jutaan benih itu jadi…
Bayangan saat mereka ungkapkan rasa...
Terbesit pepatah "banyak anak banyak rejeki"…
Jadi tak percaya aku!

Aku tersenyum lega…
Bukan hanya karena telah tersalur...
Tapi dalam mandi peluh…
Teringat laku para manusia…
Di taman kecil tengah kota sebelah utara...
Di antara riuh degub jantung kota…
Di derasnya nadi yang bising...
Di antara kemilau mimpi-mimpi…
Di antara bau terbakarnya sampah bumi...

Sang pelukis berjoget tak habis…
Ikhlaskan bersenti-senti cita di kanvasnya!

Sang penarik becak lompat sana-sini…
Berkoar riang soal cita, terlupa wajah Satpol PP!

Sang pendemo dingin menebar cita…
Berusaha mencolek hati para pejabat atau aparat!

Sementara para pelakon lain…
Mencapai klimaks kepuasan di langit tertinggi cita-cita!

Pada asa…
Tak ada yang tak mungkin…
Tak ada batas waktu…
Tak berbatas siapa adanya kita…
Semua bisa kita lukis semuluk apapun itu…
Sebebas yang kita mampu!

Pada nyata…
Yang benar-benar nyata…
Cita dan cinta biasa beriring di awal saja…
Mungkin karena cinta itu buta?

Maka…
Sangat berbahagialah kita…
Bila mencapai langit tertinggi…
Dimana cita dan cinta bisa selalu bergandengan…
Saat waktu dan siapa adanya kita…
Bukan lagi pengorbanan tapi sebuah ikhlas...

Malang, senin kliwon, 16 April 2012, 17:43 WIB

Friday, March 23, 2012

BENCANA DAN PASAR MALAM


Sungguh saat itu malam berbintang, indah sekali...
Cahaya rembulan pun sanggup mendarat mencium ujung kaki sang bumi...
Pada tak sadar, mimpi muncul terbang bebas di ujung harap tiap insani...
Penuhi apa saja asa terpendam, penuhi yang sekalipun takkan tercapai!

Tapi, sssttt...
Tidakkah kau sadar, tak sehelai pun daun menari?
Tak sedikit pun sang bayu membelai?
Tak terdengar sedikitpun anjing bernyanyi?
Alam seakan mati!

Sebentar saja bumi bergeliat...
Lekuk-lekuknya keluarkan irama dari letih yang amat...
Menjalar ke tiap jengkal tubuh manusia, melekat erat!
Air pun malu, menarik diri jauh hingga ke tengah pekat!

Sekejap hening kembali...
Alam seakan berdiam diri...
Alam seakan mati...
Lagi!

Belum lagi terlepas dari jerat mimpi...
Tanya terjawab setengah hati ...
Dari ujung gulita kaki langit sayup-sayup terdengar gemuruh, cepat sekali!
Seakan alunan genderang barisan pasukan perang berani mati!

Allahu akbar!
Allahu akbar!
Allahu akbar!

Riuhnya tangisan dan teriakan tak jelas bercampur takbir!
Berlatar ratusan, ribuan derap kaki tak beraturan menggetar!
Beralas basah air laut yang tak mau kalah cepat menjalar!

Semakin lama semakin tinggi suara erang sang bumi...
Berlatar bayang hitam yang menjulang bergelayut pada langit tepi...
Mencengkram, melipat, melahap, memangsa apa saja, siapa saja!
Memporak-poranda megahnya dunia, meluluh rata apa saja, milik siapa saja!

Tak peduli, luka menganga dan tangis mengerang!
Tak peduli, tinggalkan bekas puing terbentang!
Tak peduli, yang mati atau hilang!
Tak peduli, sisakan wajah-wajah kosong menerawang!

Matahari di atas kepala, teriknya membakar otak!
Belum lagi terjawab berjuta tanya yang dapat membuat botak…
Terdengar kembali riuh gemuruh, kemerotak…
Seakan alunan genderang barisan pasukan perang, pemberontak?!


Pelakon-pelakon asing menancapkan cakar, pamerkan gigi…
Kuku umbul-umbul di tiap sudut mata memandang menjulang tinggi…
Tanah yang bak jaman kegelapan, silau dengan warna-warni lampu panji-panji…
Tanah yang bak daerah terbelakang, dijajah oleh teknologi!

Tebaran pesona saling berbenturan satu dengan yang lain…
Pejabat berganti dan tak saling sapa dengan yang lain…

Panjimu, memang beda dari yang lain!
Panjiku, memang beda dari yang lain!

Berjuta daya di masing-masing corong mereka!
Berjuta permainan dalam lagu-lagu mereka!
Berbeda lagak dalam tiap gerak mereka!
Berbeda topeng pada tiap wajah mereka!

Tak peduli!
Bungkusan nasi basi...
Darah yang tak juga berhenti...
Air mata yang tak juga terusapi...
Mie instant mulai berjamur atau bangkai telah terberbelatungi!

Kupandang tanah porak-poranda, kelam...
Tersadar dalam daya yang cuma tinggal sisa di asa terdalam...
Bencanaku disulap jadi PASAR MALAM…
Bencanaku tak bedanya kawasan PASAR MALAM!

Malang, senin pahing, 23 Maret 2012, 17:07 WIB

Monday, November 14, 2011

Selamat Datang

Welcome...

Aku lahir di Ambon, dua belas tahun di sana. Setahun menjelang lulus sekolah dasar, sempat mampir di Karawang. Kemudian kulanjutkan hidup di Jakarta. Suatu saat, kulakukan perjalanan, Sumatera, Kalimantan, Bali, walau akhirnya kembali ke Tanah Jawa.

Saat masa awal kuliah, kuputuskan untuk pindah dan hidup, sampai saat ini, akhirnya menikah, di kota Malang, Jawa Timur (East Java). Saat aku mulai menulis ini, usia kehamilan istriku waktu itu menginjak lima bulan.

Baru saja, belum lama, aku tertarik pada yang namanya BLOG. Mulai dari “NOL”, ku beranikan diri untuk terjun lebih jauh.

Dengan segala kekurangannya, maka terciptalah blog ini, dalam tiga bagian kecil, wich are:

  • Jejak Langkah, bercerita tentang perjalanan hidupku, mulai dari masa kecil, hingga kini (pelan-pelan saja...)
  • Untuk Indonesia, aku selalu mencoba jujur mencurahkan pikiranku, kata hatiku tentang lingkunganku, generasiku, dan apapun yang terjadi padaku dan Indonesia, tentu saja dari "kacamata"ku yang secara individu masih bodoh ini (semoga tak memberatkan orang...).
  • Coretan, selalu ku berusaha berikan sesuatu yang spesial untuk anda, tapi di sini, anda juga berhak memberikan sesuatu yang spesial untuk orang lain.

Aku terbuka untuk anda, sebatas yang aku bisa lakukan. So, if you trust in me, please, contact me. Just make a comment, be my “sahabat” (followers) or “enter your email address and subsribe”, so I hope you’ll know me more.

Satu niatku, semoga beberapa tulisan tentang hidupku dan partisipasi anda, kita, dapat bermanfaat untuk orang banyak.

"I always trying to make world better and green, with peace, love, unity and respect"

Thx.

Contact

BEJO
(DZ SANDYARTO)

Jl. Ranakah 12-14
Badut Permai - Tidar
Malang - Jawa Timur 65146

Phone:
0341.6622400

Cell Phone:
085755089729

E-Mail:
bejo1214@gmail.com
bejo1214@yahoo.com

My blog:
bejo1214.blogspot.com
slankersmalang.blogspot.com

Tak terasa...

Fuih...tak terasa setahun lebih sudah, tak sempat cerita yang telah terjadi...

Pelan-pelan saja, mencoba merangkai kembali "cerita-cerita" yang semoga tak terlewat satu pun, walau tak yakin aku mampu...
  • 7 bulan kandungan istriku
  • Lahirnya Sang Jagoanku!
  • Pitonnya Sang Jagoanku!
  • 1 tahun Sang Jagoanku!
  • Membangun kembali Komunitasku
  • Fuck'n Education!
Kerangka hidup yang kulalui...semoga tak terlewat, untuk ceritamu Nak!
Sabar ya nak...bila dapat kucuri waktu walau sebentar saja, untuk bekalmu kelak!
Semoga kau mengerti semua ini...

Thursday, May 12, 2011

DESTA TAMBAH KAPITU SAMA DENGAN KANEM


Desta dengan nafas kemaraunya berlari ke timur laut
Meninggalkan jejak badai pasang biru tua di laut tenggara
Di ujung hari, Batara Yamadipati bertolak pinggang
Di pucuk bukit ia berteriak...
"Walau kau miliki Sotya Sinara Wadi, tak mau kau kenal lagi! Robek hatimu tersakiti, bertemu saja kau tak sudi!"

Sementara itu Kapitu berlari dari barat, entah hendak kemana, tak jelas
Membelah alam dengan mewahnya hujan deras, membekas topan dan prahara
Di ujung lain, Batara Endra tak mau kalah ikut berkoar
Lantang ia bersuara...
"Walau kau kadang ragu, sekali dekat, ia milikmu! Kaulah pemilik Wisa Kentas Ing Maruta!"

Sudah suratan saat Desta membuahi Kapitu waktu hujan barat daya
Tangisan pertama Kanem bagai gemuruh bayu bergeser, barat ke timur, tinggalkan tapak petir dan dingin setiap waktu
Di puncak tertinggi Batara Guru berdiri sedikit terbungkuk
Urat lehernya tampak saat ia berkata...
"Walau kesepian adalah takutmu, Rasa Mulya Kasucian adalah milikmu!"

Batara Maharesi dengan beban berat dipundaknya, selalu saja banyak bicara
Di tengah bintang-bintang, mencoba menggurui Desta bagaimana mencari nafkah, agar tak celaka dan tak difitnah
Di bawah bayang Yamadipati yang terus saja menghitung karma
Ditemani dua anjing bermata empat yang jadi pagar barisan para roh
Seorang pengetuk palu pengadilan kematian, depan pintu neraka dan surga...

Batara Citragatra bertombak ligan terhunus, walau waspada tetap saja angkuh dan sombong
Di panasnya lingkar api, mencoba mendikte Kapitu cara bicara, terbiasa atas cemooh dan sadar atas keadaan agar capai bahagia
Di bawah bayang Endra penguasa Junggringsalaka, penguasa pelaminan dari para dewa
Yang duduk diatas putihnya Airawata sambil memegang tongkat petir
Seorang pemimpin delapan dewa elemen alam...

Batara Sakri setia akan kesanggupannya, selalu harus terpenuhi kehendaknya
Di terangnya rembulan, mengajari Kanem agar lahir batin berbudi luhur, tak mudah tersinggung dan bersuara merdu
Di bawah bayang Guru yang tercipta dari cahaya gemerlap
Bertaring, berlengan empat sambil berdiri di atas Nandini
Seorang pengatur wahyu, penguasa kayangan dan penguasa para dewa...

Desta tambah Kapitu sama dengan Kanem...
Tunggak semi, satria wirang dan satri wibawa adalah ibarat hidup!

Desta tambah Kapitu sama dengan Kanem...
Ketug lindu, trenggana abro ing wiyat dan lesus awor lan pancawara menjadi bulan!
Desta tambah Kapitu sama dengan Kanem...
Hiduplah dengan hidup yang luas!

 Malang, 24 Mei 2011, 12:42 WIB