Sayang...
Saat aku tergelam di dadamu,
terdengar rintih kesakitan dari masa lalu...
Saat dimana penguasa mendirikan
kebohongan untuk menyudutkanmu...
Saat dimana bila mereka terganggu
kesenangannya, mereka halalkan penindasan atasmu…
Penganiayaan, penghinaan,
perampasan dan perampokan pun terjadi pada dirimu...
Sayang...
Aku dengar bisik dari hatimu,
"Ssst, jangan layangkan kata keras sebab kau akan dibunuh,
dibinasakan!"
Para petugas berseragam yang
datang saat itu tidak melindungi malah menangkap yang diserang, sang korban!
Maklum, tingkat budaya dan
peradaban angkatan perang kita cukup rendah, amat memprihatinkan!
Di-aman-kan, berarti: dianiaya! Sama
sekali tidak punya sangkut-paut dengan aman dan keamanan!
Sayang...
Kuusap bekas luka di sekujur
tubuhmu, di tegarmu dulu tak sampai kau membunuh...
Kau mendapatkan kebiadaban, tak
kau beri kebiadaban balik walau luka melepuh...
Saat kau mampu, kau malah beri
mereka keadilan sebagai balasan hati mereka yang rapuh…
Sangat mahal harga
kewarganegaraan yang harus kau bayar, masih ada saja orang yang tak rela, tak
juga luluh!
Sayang...
Belum ada sejarah Revolusi
Indonesia! Belumlah selesai! Karena tak ada kebulatan yang selesai!
Ancaman hukuman, telah berhasil
merusakkan mental sebagian dari para pujangga, tercerai-berai...
Padahal kewarganegaraan diperoleh
dengan pergulatan bukan hadiah gratis hasil membelai!
Padahal sebagai warga negara,
merdeka untuk menyatakan pendapat, tak takut walau usus terburai!
Sayang...
Tergambar jelas di tatapan
marahmu, pada bangsa yang berkembang, memberi adalah keluarbiasaan...
Sedang mengapa menerima adalah
kebiasaan yang perlu dan harus pula dinyatakan!
Sementara alam pikiran pada kaum
formalis Pribumi Indonesia, diri mereka tidak mampu terbebaskan...
Terpenjara pada lambang-lambang,
upacara, pangkat dan hari-hari peringatan!
Sayang...
Dalam nadimu mengalir sejarah
kita yang telah dibuktikan, jelas tersirat...
Bahwa Kesatuan Indonesia dahulu
kala terwujud hanya karena demokrasi parlementer barat!
Prinsipmu tak hanya ada satu
superpower, sebab akibatnya seluruh dunia akan jadi bebek sang penikmat!
Bipower mewakili Kekuasaan dan
Oposisi, tindakannya mewakili dan ditentukan oleh kekuatan YA dan kekuatan
TIDAK, yang saling mengikat erat!
Sayang...
Semua pengalamanmu indrawi mau
pun jiwai...
Bukan hanya sekedar modal hidup
yang umurnya terbatasi...
Bagimu yang seorang penulis,
kekuatannya malah menjadi fondasi!
Kata-kata bagimu adalah lebih
ampuh dari senjata duniawi!
Malang, Jumat
wage, 25 Mei 2012