Tertunduk diantara dua pendar rapuh…
Menghitung waktu, kapan mereka redup…
Sang calon mahanya siswa, sendiri buat
riuh…
Terbayang sang kekasih, pasti akan gugup!
Teringat maluku di toko obat, maju atau
mundur?
Sembunyi tanganku saat menggenggam yang
bertitik-titik…
Teringat malu ku membayar, bercampur
tetes liur…
Terbayang rengek kekasih, ingin cicipi
yang menggelitik!
Gasku terbuang sedikit gaduh…
Aromanya tak hilang, ke dalam paru ia
menyusup…
Teringat sang menteri baru, membuang
sauh…
Tercipta suara gelombang riak,
meletup-letup!
Ada percaya, spontanitas itu jujur…
Tak peduli mungkin ia hanya badut
berkalung politik…
Bila "kondomisasi" membuat
budaya bangsa hancur lebur…
Kenapa tak protes pada yang terpajang
bebas, berjajar bak itik?
Miris lihat, miris dengar, adu mulut
perang isi kepala…
Tak sadar produk pabrik menyebar sudah
kemana-mana!
Tak lagi sembunyi, di depan pintu
warnanya silau menyala…
Ku bernyanyi saja dengan riang karena
bisa kudapat dimana-mana!
“ Balonku ada lima…
rupa-rupa
aromanya...
durian, pisang
siapa mau?
strawbery, mint
dan coklat ku tak ragu!
tercetus lampu
hijau...more!
hatiku tak lagi
risau...
24 jam kan ku
dapat…
di warung dan
toko terdekat! ”